EDENSOR
Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penakhlukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!
Opera Tangis Pelipur Lara

Banyak dahan menari,
Angin berirama...
Suara menerpa...
Nyanyian burung-burung sambut gema senja...
Gelak tawa terngiang, beradu satu dengan tangis...
Tangis seperti tetesan embun kala pagi...
Rumput-rumput berujar ceria...
Hujan menyapu persawahan, hijau berkilauan...
Aku duduk, diam tak bicara...
Merenungi nasib seperti opera tangis...dingin...
Hujan baru saja reda, dan aku menemukan diriku,
Basah disiram hujan,
Tuhan yang menciptakan embun dan hujan,
Siapa yang lebih baik embun ataukah hujan?
Tak ada jawaban...
Aku masih menggigil...
Bila opera tangisku adalah pelipur lara bagimu, aku tak segan akan terus menangis...
Agar kau pun senang....
Label: Poem