Queen Aida
ENTRY ABOUT FRIENDS STUFF SEUNGRI TWITTER EXO K

Kebenaran, menurut versi siapa???
Senin, 13 Juni 2011 - Permalink - 0 Comments
Tiba-tiba teringat sesuatu dalam sebuah lirik lagu rohani, salah satu obat hati adalah berkumpul dengan orang-orang shaleh. Merindukan saat-saat dimana saya pernah mengalami hal tersebut setiap senin dan rabu malam. Seperti sudah lama tidak mendapat siraman rohani, akibatnya ketika sekarang sedang menghadapai banyak masalah seperti ini, seringnya mengeluh tapi tidak juga berbuat apa-apa, bisanya hanya menyalahkan Tuhan, arogan dan tidak pernah mau mensyukuri nikmat yang sedikit, apalagi banyak??? Sempat kepikiran untuk kembali mengaji kalau bukan sama Tuhan, terus mau minta sama siapa lagi??? Sudah dua bulan berlalu, saya memutuskan untuk tidak mengaji lagi di Masjid Al Ghifari, kompleks perumahan Griya Shanta. Ceritanya panjang bahkan menggelikan kalau diingat. Waktu itu sedang gempar-gemparnya berita soal NII, lebih tidak beruntungnya lagi Ibu saya adalah seseorang yang tidak pernah ketinggalan informasi, entah dari infotainment, berita, atau lingkungannya, beritanya pun bisa beragam. Kali ini menyangkut diri saya, suatu saat ibu telepon


Mama : "Dek lagi apa? masih suka ngaji di Al Ghifari?"
Saya : "beres-beres ma, Iya masih...kenapa ma? kok tiba-tiba nanya itu?"
Mama : "tadi mama nonton liputan di Metro Tv, tau soal NII kan? Kamu mulai sekarang nggak usah ikut-ikut pengajian lagi ya Dek, yang direkrut itu kebanyakan perempuan, mama khawatir ntar kamu depengaruhi terus ikut-ikutan..."
Saya : "ya enggaklah...Al Ghifari itu cuma pengajian biasa ma...yang dibahas nggak neko-neko kok..."
Mama : "iya...awalnya sih gitu, pokoknya kamu nggak usah ngaji lagi ya dek, kasian mama ntar kepikiran terus, kamu jauh dari orang tua soalnya, jauh dari pengawasan mama juga..."
Saya : "tapi udah ngerasa cocok ma..ngaji di situ..."   
Mama : "yang banyak direkrut itu perempuan Dek, mereka disuruh menjual diri untuk membiayai aktivitas kegiatan mereka di NII, kamu mau ntar ada kejadian kaya gitu???  
Saya: "Iya wes...nggak ngaji lagi kok ma.."
Mama: "mempelajari agama nggak harus ikut pengajian kok Dek, nonton Islam itu Indah di Trans Tv juga udah bisa belajar agama...ustadnya kocak lho...nggak berbahaya, hehe..."   

Kadang-kadang saya suka bertanya-tanya, kira-kira dalam hal apa ya ibu tidak bersikap over protectiv lagi pada saya??? Memang ketika akan mengaji di Al Ghifari, saya minta persetujuan dari ibu, awalnya sih tidak ada masalah sebelum berita soal NII merebak di media, ibu jadi tidak memperbolehkan saya mengaji di sana lagi. Pada akhir pembicaraan di telepon bahkan ibu bilang seperti ini

 Mama: "Dek kamu juga harus selektif ya kalau berteman, apalagi kalau ada temen kamu yang pake cadar dan kelihatannya fanatik banget, sebaiknya hati-hati..."
Saya juga pernah cerita pada Ibu, teman-teman di pengajian rata-rata memang mengenakan gamis dan bercadar. Hanya beberapa saja, termasuk saya yang tidak pakai. Waktu itu ibu sudah wanti-wanti kalau yang di bahas dalam pengajian sudah mengarah soal jihad, lebih baik mundur, jangan mengaji di situ lagi. Untuk beberapa hal saya sangat memahami kekhawatiran Ibu, apalagi Ibu menonton liputan yang khusus membahas soal NII, berita yang disampaikan pun fakta, ada narasumber yang terpercaya, ditonton oleh ratusan juta rakyat Indonesia, masak cuma rekayasa??? Apalagi yang menayangkan sekelas Metro Tv... Saya paham benar soal itu, terlebih saya ini anak bungsu di keluarga, perempuan pula dan jauh dari pengawasan orang tua...kekhawatiran Ibu saya anggap wajar...

Tapi untuk beberapa hal yang lain, saya kok merasa ada yang tidak adil di sini...mengenai persepsi kebanyakan orang tentang  kelompok tertentu, hanya karena pakaian yang mereka kenakan dan beberapa atribut yang lain sehingga membuat mereka diidentikan dengan kelompok tertentu yang sedang belajar aliran sesat, dan mereka itu berbahaya, padahal mereka adalah majelis ilmu yang tak lain hanya ingin belajar bagaimana cara beragama yang benar agar mendapat ridho dari Tuhan demi mewujudkan hidup bahagia di dunia dan akhirat, apa itu salah???

Kalau seperti ini, saya jadi teringat tentang salah satu tradisi komunikasi yang saya dapat ketika belajar teori komunikasi, mata kuliah favorit saya. Tradisi itu adalah semiotika, semiotika memandang komunikasi sebagai sebuah proses pertukaran tanda yang kemudian dimaknai. Apa hanya karena mereka berjenggot atau bercadar maka mereka dimaknai sebagai seorang teroris atau istri teroris??? Kalau komunikasi itu masih dianggap sebagai ilmu pengetahuan, sebaiknya dalam menilai atau memaknai sebuah tanda juga berdasarkan ilmu dan pengetahuan, bukan cuma latah, atau ikut-ikutan orang lain.

Dengan stereotip yang berkembang di masyarakat seperti ini bukannya malah bikin mereka jadi orang yang selalu khawatir dan paranoid bahkan untuk urusan yang tergolong sepele..ketemu sama orang bercadar dikiranya istri teroris, main ke mall takut nanti ada teroris yang lagi melakukan aksi pengeboman, liat orang pake sorban disamain sama Amrozi,  liat yang berjenggot dikira muridnya Nurin M. Top, mau ikut pengajian jadi curigaan kalau-kalau yang diajarin aliran sesat, jadi serba nggak nyaman kan??? Apa selama ini kita sudah merasa paling benar dalam beragama? Belum Tentu Tuhan sependapat. Sampai sejauh mana kita memberi batasan terhadap kebenaran yang kita anut sementara orang lain tidak??? Masalahnya terletak pada bagaimana merubah mindset kita untuk tidak memandang rendah serta berburuk sangka terhadap seseorang, semata-mata dari cara yang sudah mereka pilih untuk menjalankan syariat agama.


Bukankah Beragama adalah pilihan hidup seseorang termasuk ketika mereka juga telah memilih cara untuk menjalankan syariat agamanya



Tuhan, aku mencintaiMu sejauh pengalaman kita berinteraksi, lebih dari itu aku tidah tahu menahu, aku ingin mengenalMu agar lebih dekat denganMu, berikan petunjukMu jalan yang benar dan permudah jalanku untuk mendapat ridhoMu, Amien...

Saya memutuskan untuk kembali mengaji di Al Ghifari, InsyaAllah ini jalan yang terbaik yang telah Tuhan pilihkan, tak peduli lagi soal pencucian otak yang sering dikhawatirkan Ibu saya, kita ini kaum intelektual tidak semudah itu dicuci otaknya, kita pasti memiliki sisi kepribadian yang kritis terhadap sesuatu hal yang keliru, sepanjang hidup kita lalui dengan menuntut ilmu, sedikit banyak kita telah menemukan bagaimana konsep kebenaran...lantas apa lagi yang harus dikhawatirkan???

Label:



Older Post | Newer Post