Queen Aida
ENTRY ABOUT FRIENDS STUFF SEUNGRI TWITTER EXO K

Home Sweetest Memories ^^
Rabu, 25 Januari 2012 - Permalink - 0 Comments



Home Sweet Home...

         Ritual pulang kampung kali ini tergolong cukup singkat untuk ukuran liburan semester, tapi tak apalah, berusaha untuk tidak terlalu ambil pusing soal ini...kewajiban tetap kewajiban yang tetap harus dipertanggungjawabkan, terkadang setiap hal memang punya konsekuensi walaupun selebihnya adalah resiko bagi sebagian orang...bersikap lebih fleksibel toh juga tidak ada ruginya...

          Karena waktu di rumah hanya sebentar, berangkat Kamis pagi lalu kembali ke Malang Selasa Malam pada minggu berikutnya, maka harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, every seconds was made very meaningful...
Dua malam sebelum pulang, entah kenapa sesaat sebelum tidur selalu teringat Mama, lalu berlahan–lahan bulir-bulir itu jatuh, dan terpaksa harus terlelap dengan mata yang sedikit membengkak. Seakan mencari pembenaran akibat mengorbankan satu hari jadwal les bahasa Inggris karena rindu yang sudah terlalu dengan rumah dan Mama. Rindu sekali dengan dua pilar yang menjulang tinggi di perbatasan dengan tulisan Selamat Datang di Provinsi Jawa Tengah, dilanjutkan dengan tugu yang bertuliskan Kabupaten Klaten beberapa jam setelahnya. 

        Seperti yang sudah-sudah, travel hanya mengantarkan sampai di depan masjid, dan seperti biasa beberapa menit sebelumnya Mama sudah menunggu di sana, tapi saat itu setelah turun dari travel tidak nampak motor Vario biru di sana, hanya ada beberapa truk dan sebuah mobil yang sudah tidak asing lagi. Pintu depan mobil sebelah kiri sudah terbuka, tiba-tiba ada bayi laki-laki umur 7 bulan yang kelihatan tambah tampan di usianya yang belum genap satu tahun muncul dari dalam mobil di gendongan Mama dengan senyumnya yang lebar...Itu sebabnya penjemputan hari itu menggunakan mobil karena Mama harus mengajak Azka. Sambutan di luar dugaan itu menjadi tabungan kebahagiaan pertama moment Pulang Kampung kali ini. 

        Beberapa hari di rumah, membuat nafsu smsan mendadak hilang, segala macam bentuk interaksi menggunakan hp menjadi hal yang sangat dihindari, hp digeletakkan begitu saja, kalau ada sms yang penting saja baru di balas, selain itu dengan mudahnya diabaikan, bahkan sampai menolak beberapa ajakan teman untuk sekedar main bareng, berenang, menyewa cd atau nongkrong di tempat makan favorit. Secara tidak sadar hal-hal semacam itu mengalir begitu saja. Mungkin ini yang disebut syndrom quality Family time.

         Waktu itu Mama mau berangkat sekolah, memperhatikan Mama dengan seksama walau hanya sekilas, paras cantik meskipun sudah bercucu, tubuh yang mungkin sudah tidak sebugar beberapa tahun silam, segaris senyum yang akan senantiasa terpajang, dan lipatan-lipatan di bawah matanya yang teduh, memunculkan kesedihan setelahnya...

“Mama sekarang kok keriput?” 

         Pertanyaan ini seolah menolak kenyataan bahwa Mama sudah tidak muda lagi. Terlihat Mama sangat terkejut dengan pertanyaan itu. Lalu mengambil cermin dan melihat pantulan wajahnya. 

“Loh...iya Dek, kan Mama udah tua, sudah punya cucu.”

      Hal ini mengingatkan beberapa minggu lalu sebelum pulang, Mama ke Malang. Di tengah-tengah menyisir rambut setelah mandi, Mama minta tolong dicabutin ubannya.

“Tuh kan Dek, Mama udah jadi eyang-eyang.”

“Nggak papa kok Ma, ubannya kan cuma satu.”

        Hari ini pemandangan menyedihkan itu kembali terlihat, walaubagaimanapun semakin menua usia kita dengan perubahan fisik yang kita alami, pasti ada hal-hal yang sepertinya membuat kita merasa kehilangan, menjadi muda

“Tahun ini Mama udah 49 tahun, hampir setengah abad Dek, semoga masih sempat mantu Kamu.” Kata Mama dengan nada bercanda, meskipun begitu kata-kata Mama barusan menimbulkan kesedihan tersendiri karena takut tidak bisa memberi kebahagiaan dan kebanggaan untuk Mama, sementara proses untuk mejadi tua itu tidak mungkin bisa kita pungkiri. 

        Pagi-pagi sekali Mama minta diantarkan ke pasar, walaupun dengan mata yang masih mengantuk seperti masih mau melanjutkan mimpi semalam di balik selimut, karena Mama yang meminta, tidak jadi masalah. Di luar masih petang, dingin masih mampu menembus setiap persendian, tampak beberapa orang bersepeda membawa barang dagangan untuk diperjualbelikan di pasar, kebanyakan adalah sayuran-sayuran yang masih segar. 

“Hari ini aku aja yang masak ya Ma.”

“Boleh, mau masak apa?”

“Cumi-cumi dibumbu pedes kayaknya enak.”

      Hari itu Mama merelakan dapurnya diambil alih, tapi Mama tetap membantu menyiapkan peralatan memasak, bahan-bahan dan bumbunya. Karena hasil masakannya mendapat pujian dari Mama, enak. Setelah hari itu jadi ketagihan untuk kembali ke dapur lagi. Mencoba resep masakan yang lain dengan browsing  di internet. Tiba-tiba jadi teringat salah satu kuliner di Kota Malang yang sedang naik daun di kalangan anak-anak gaul, Mie Setan.

“Ma mau nggak aku bikinin mie setan?”

“Tau resepnya nggak?” Dulu waktu Mama ke Malang, sempat ngajak Mama untuk beli Mie Setan, tapi sayang sekali waktu itu tahun baru, Kober Cafe tutup. 

“Gampang, entar cari di internet.” 

       Hasil googling nihil, sedikit memutar otak untuk menciptakan resep pribadi membuat makanan sejenis mie setan, improvisasi sedikit pada bumbu-bumbunya tidak masalah yang penting  kan sensasi pedasnya. Terbukti berhasil, orang rumah ketagihan Mie Setan dengan resep ngarang.

Berikut bahan dan bumbu membuat Mie Setan dengan Resep Mengarang:

2 Bungkus Mie Instan (diambil mie dan minyaknya saja)
2 Butir telur (telur bebek lebih baik)
12 Buah cabe rawit (level 1)
1 ½ Potong terasi (bakar)
3 Siung bawang putih
2 Siung bawang merah
1 sachet sambal terasi instan
Garam secukupnya
Penyedap rasa secukupnya
Additional: Rempelo ati (dipotong dadu) dan daun bawang (diiris kasar)

Cara Membuat:
1. Rebus mie instan, setelah matang tiriskan.
2. Kocok dua butir telur.
3. Haluskan cabe, bawang, terasi, dan garam, kemudian campur dengan sambal terasi instan.
4. Panaskan minyak, tumis bumbu yang sudah dihaluskan.
5. Masukkan telur yang telah dikocok beserta rempelo ati dan irisan daun bawang. Aduk bersama bumbu.
6. Masukkan mie instan, tambahkan penyedap rasa lalu aduk sampai rata hingga matang.
7. Sajikan dengan nasi putih hangat (untuk 5 Porsi)

Cukup simple bukan... (:

      Selain kerja sama untuk urusan dapur seperti memasak bersama Mama, kehadiran jagoan kecil yang hari demi hari bertambah kelucuan dan kepintarannya di tengah-tengah keluarga kami juga tidak kalah membuat sibuk orang seisi rumah. Mama sayang banget sama cucu pertamanya, Azka. Memang tidak ada alasan untuk tidak jatuh cinta dengan Azka (: 

“Dek, Mama mau mandi, adeknya dibikinin susu, satu sendok aja pake air anget sedikit, airnya 30 mili aja.” 

       Karena kedua orang tua sibuk bekerja, terkadang Azka lebih sering sama Mama, setelah pulang mengajar biasanya Azka dijemput, baru setelah Isya’ Mbak Fian dan Mas Erwin pulang ke rumah. Beruntung Azka nggak rewel, he is good baby. Sudah mulai makan bubur dan buah yang dihaluskan sekarang. Mainannya sudah banyak, baju-bajunya sudah mulai kesempitan, dan sudah bisa nunjukin muka jelek dengan bibir yang monyong, actually it was nice.  Kehadiran Azka di rumah sudah seperti penawar rasa sakit, penyuntik semangat, dan antibiotik rasa penat. Daftar oleh-oleh untuk orang rumah kalau mau pulang kampung  jadi bertambah setelah ada Azka, bahkan seringkali yang lain tidak terpikirkan, yang penting oleh-oleh buat Azka. Setiap jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, pasti ke counter khusus baju anak-anak dan ke toko mainan sambil berpikir, pasti Azka suka kalau dibeliin baju dan mainan ini. Kalau tahun-tahun sebelumnya motivasi tambahan pulang ke rumah karena ada pacar,sekarang berganti karena ada Azka ^^.

      Ada satu topik obrolan yang paling dihindari ketika asyik mengobrol bareng Mama, tapi waktu itu sudah kepalang basah, Mama sudah lebih dulu bertanya sebelum berhasil mengantisipasi arah pembicaran ke arah pertanyaan itu. 

“Selama aku masih bisa menikmati hidupku, nggak mengganggu aktivitasku, dan aku juga nggak pernah berusaha untuk merusak hubungan orang lain, nggak apa-apa dong Ma.”

“Iya, tapi mau sampai kapan?”

    Yang dikatakan Mama memang ada benarnya juga, mau sampai kapan seperti ini? Seandainya saja pindah hati itu semudah pindahan rumah Ma, tapi sayangnya urusan perasaan tidak segampang itu. Rumah ini, meskipun sudah lama tidak ditempati, dengan ilalang yang sudah selutut tingginya, pagar yang mulai dimakan rayap, dedaunan kering yang mulai banyak berserakan di halaman depan, dinding-dinding yang lembab karena hujan yang terlampau sering, sehingga atap nya pun bocor di mana-mana, sofa yang berdebu, serta lantai yang sudah retak, entah kenapa masih nyaman untuk ditinggali, meski kelihatannya sudah tidak layak, tapi tetap ada kedamaian di sana. Rumah itu, tempat untuk merayakan rasa syukur dan kenangan. Jika waktunya sudah tepat, nanti pasti pindah. 

       Walaupun jam terbang mengaji Mama jauh lebih banyak, tapi Mama tetap open minded ketika kami berdiskusi masalah agama. Mama tidak pernah sungkan untuk mendengarkan, tidak pernah merasa digurui, malah lebih sering bertanya. Di sela-sela ketika kami sedang menonton tv, muncul obrolan seperti ini.

“Soal yasinan ya Ma, memang itu baik, toh yang dibaca juga ayat-ayat suci Al Qur’an, tapi itu tidak pernah dicontohkan oleh Nabi, salah satu wasiat Rasul sebelum beliau meninggal dunia adalah berhati-hatilah terhadap perkarperkara baru dalam agama.”

“Iya Dek, tapi itu bisa untuk sarana silaturahmi juga, bersedekah memberikan makanan untuk orang lain kan juga dapet pahala.”

“Kalau kata Ustadz yang di tempet aku ngaji, agama kita kan sudah sempurna Ma, buat apa ditambah-tambahin lagi? Apalagi kalau cuma tradisi yang diciptakan manusia lalu berubah menjadi sebuah ritual?”

“Dulu Nabi pernah Tawaf pakai Unta, kalau sekarang orang-orang pada nyontohin Nabi, tawaf pakai Unta  apa nggak pada digebukin? Ada sebagian dari apa yang dilakukan Nabi dahulu yang tidak mungkin bisa kita tiru di masa sekarang, sebaliknya ada sebagian hal juga yang pada zaman Nabi tidak ada, tapi di masa sekarang justru dilakukan banyak orang, contohnya Tarawih berjamaah ketika bulan Ramadhan, dulu Nabi tidak pernah melaksanakan, tapi tidak juga melarang. Salat tarawih berjamaah maksudnya kan untuk memakmurkan masjid, biar Islam lebih terdengar gemanya. ” 

How lucky I’am, having the best mother in this world... Selalu dan akan tetap mengagumi Mama...meminjam tag line iklan susu balita, You’re My Everything, Mom^^ I’m happy to be your daughter...

     Sesi curhat bareng Mama adalah moment yang tidak mungkin terlewatkan, Mama terkadang mau membagi persoalan yang sedang Ia hadapi, bisa soal pekerjaan atau urusan rumah tangga, sebagai wanita karier sekaligus Ibu rumah tangga, pasti ada beberapa hal yang berjalan tidak sesuai dengan harapan. Mama tetap tak ingin terlihat susah di depan anak-anaknya, selalu berusaha untuk tetap ceria dan easy going. Walaupun seringkali hal itu akan berakibat buruk pada kondisi kesehatannya. Ingin Mama selalu tampak bahagia dan sehat. Daripada terus dipendam nanti malah jadi penyakit, lebih baik dibagi kan Ma^^. Anak-anak Mama sekarang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang menjadi Ibu seperti Mama. Walaupun tidak banyak membantu, I’am all ears, Mom...I will listen.

     Seperti biasanya, begitu banyak moment-moment bahagia saat Pulang Kampung, semuanya berkesan, mulai dari belajar masak, diskusi soal perkuliahan bersama sepupu yang sudah mau lulus dan minta saran untuk masuk perguruan tinggi, seperti kilas balik dua tahun silam, memasuki bulan-bulan ini jadi semakin sering deg-degan karena mendekati masa ujian nasional dan terbebani dengan tanggung jawab cari kuliahan. It’s okay girl, do your best^^, nostalgia menulis huruf Mandarin lagi, membantu adik mengerjakan PR, I still fluent to do that. Hehehe, makan Ice Cream Wall’s selection yang rasa baru, Chocky Rocky is all about nut and chocolate, yummy and creamy... (: ditutup dengan ritual facial di hari terakhir berada di rumah. Setelah memposting tulisan ini, lalu packing-packing, karena nanti malam sudah harus kembali ke Malang. Hal yang paling menyedihkan saat pulang kampung adalah saat waktu liburan sudah habis , harus kembali lagi ke perantauan.









Label:



Older Post | Newer Post