Setiap kali ke Gramedia pasti nyolong-nyolong waktu untuk membaca buku Habibie dan Ainun. Nggak nyangka filmnya diputar hari ini, jadi semakin yakin bahwa memang benar adanya, bahwa laki-laki yang baik teruntuk perempuan yang baik-baik pula :)
Film ini dikemas dengan apik, ada unsur humornya tapi begitu banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik, tentang cinta, kesetiaan, janji yang harus dipenuhi, perjuangan dan pengorbanan, kejujuran, keluarga, dan cinta pada Ibu Pertiwi^^ di Indonesia film dengan latar belakang cerita hidup seorang pemimpin besar yang pernah memimpin bangsa ini masih terhitung sangat jarang, dan beribu-ribu terimakasih saya ucapkan kepada seluruh orang yang terlibat dalam pembuatan film Habibie dan Ainun tanpa terkecuali, terimakasih atas film yang sangat menginspirasi ini :')
Terimakasih telah mempercayakan Reza Rahardian untuk memerankan sosok Habibie, aktingnya sangat memukau dan cukup berhasil merepresentasikan sosok Habibie yang jenius sekaligus keras kepala :D
Film yang sungguh indah dan menyentuh, sehingga saya harus menitikkan air mata sampai berulang kali, bahkan jika itu bukan di bioskop, mungkin tangisannya bisa sampai menimbulkan suara... :D Begitulah cinta dan Tuhan, mempertemukan dua anak manusia dalam kebersahajaan, cinta sejati Ainun kepada Habibie hingga beliau tutup usia. Begitu pula kecintaan Habibie pada Ainun sehingga melahirkan buku Habibie dan Ainun yang terbit tidak lama setelah Ainun meninggal dunia, dan hadirlah film Habibie dan Ainun ke hadapan kita semua tepat pada tanggal 20 Desember tahun 2012 (20122012) hari ini :')
Bukanlah sebuah cerita cinta yang sederhana, bukan pula tentang romansa seperti yang akhir-akhir ini sering muncul di televisi, sungguh bukan sesederhana itu pesan yang ingin disampaikan dalam film ini, banyak hal yang saya dapatkan ketika selama hampir dua setengah jam menyaksikan film ini dengan berurai air mata...
Betapa tulusnya seseorang dalam mencintai pasangannya, menerima segala kekurangannya, mengingatkan ketika Ia keliru, selalu mendampingi ketika badai kehidupan menghampiri, apa pun keadaannya, sehat atau sakit, seluruh perhatian dan kekhawatiran selalu tercurah untuk seseorang yang Ia kasihi dan telah Ia pilih untuk mendampinginya seumur hidup meskipun dalam keadaan lemah tak berdaya...
Ketika menulis postingan ini sambil mengingat-ingat kembali cerita dalam film Habibie dan Ainun, rasanya bulir-bulir itu ingin sekali tumpah, mungkin ini film Indonesia pertama yang mebuat saya sangat terkesan dan mengambil banyak pelajaran moral setelah menyaksikannya. Berlatar keindahan negara Jerman, sejarah kembali berulang dalam bentuk persembahan megah nan indah berjudul Habibie dan Ainun.
Mimpi, adalah sebuah janji yang harus ditepati, dan Habibie telah menepatinya janjinya, mengabdi kepada Ibu Pertiwi, mengemban tugas sebagai pemimpin negara dan menjadi suami yang terbaik untuk Ainun.
Satu hal yang perlu digarisbawahi, bagaimana bisa negara ini tidak menyediakan tempat bagi orang-orang yang jujur, orang-orang yang tidak sekedar mempunyai mimpi besar tapi mampu untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan mandiri sehingga tidak perlu lagi bergantung pada negara-negara lain. Mengapa tidak ada tempat bagi seorang Habibie??? Kerja keras beliau justru diapresiasi oleh negara lain, di Jerman, beliau begitu disegani, dikagumi atas kejeniusannya, dihargai prestasinya, dan dihormati kredibilitasnya.
Dalam film divisualisasikan, ketika Habibie memutuskan untuk tidak lagi menyalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia karena mendapat banyak tekanan dari berbagai pihak mengenai keputusannya untuk melakukan Referendum terhadap rakyat Timor-timor, Beliau sekeluarga akhirnya kembali ke Jerman, di sana seorang pegawai restoran pun sangat menyeganinya, beliau disuruh mampir untuk sekedar bersantap siang, kemudian menawarkan apakah jendela restoran harus ditutup agar udara dingin di luar tidak terlalu mengganggu. Hal sekecil itu pun telah membuktikan bagaimana sosok Habibie yang jenius begitu sangat dihargai di Jerman, negara tempat Ia menuntut ilmu hingga meraih gelar Professor.
Susah sekali meyakinkan orang-orang Indonesia untuk percaya, mungkin karena mereka terbiasa dengan keomongkosongan. Betapa sulit mendapatkan apresiasi yang pantas di negeri ini, mungkin karena mereka terlalu sibuk berpura-pura. Orang yang jelas-jelas jujur dan amanah dituduh melakukan korupsi, jerih payah dan kesakitan, perjuangan dan keterpurukan menjadi bagian dari hidup seorang Habibie, tapi betapun kekuasaan itu manis dan menawarkan segala kemewahan, beliau tetap menomorsatukan keluarga, hidup dengan damai dan membangun keluarga yang sakinah.
Kanker sudah menyebar ke seluruh tubuh Ainun, namun kenyataan demikian tidak pernah sekalipun menyurutkan perjuangan Habibie untuk melihat Ainun pulih kembali, Ia sama sekali tidak ingin kehilangan sosok istri sesempurna Ainun, upaya apa pun ditempuh, pengobatan dan perawatan dengan dokter terbaik pun dijalani, hingga harus memboyong Ainun ke Jerman untuk mendapatkan perawatan terbaik demi kepulihan sang istri. Dalam keadaan lemah, dan dengan kanker yang bersarang di tubuhnya, Ainun tidak lupa untuk memunaikan shalat dengan diimami Habibie, mereka shalat berjamaah bersama kedua anak mereka di rumah sakit.
Sesaat sebelum Ainun menghembuskan nafas terakhir, Habibie masih sempat memanjatkan doa dalam rangka merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-48, Habibie sungguh tak ingin kehilangan sosok Ainun yang telah mendampingi hidupnya selama hampir setengah abad, dengan berlinangan air mata Ia terus mencium kening Ainun yang saat itu dalam keadaan tidak sadarkan diri...
Kutipan buku ~ Habibie dan Ainun
Ungkapan B.J Habibie untuk almarhumah istri tercintanya :
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan
bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri
seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa
setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa
kosong melompong, hilang isi. Kau tahu sayang, rasanya seperti angin
yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada air mata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan
panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis
selama kau ada, Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar
kau di sini. Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti
cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada
untukku, dan sekarang kembali tiada. Selamat jalan sayang, cahaya
mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan, calon bidadari surgaku.
Lirik Lagu Ost Habibie dan Ainun-Cinta Sejati
By: Bunga Citra Lestari
Cipt. Melly Goeslow
Manakala hati menggeliat mengusik renungan
Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta
Suara sang malam dan siang seakan berlagu
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku
Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian
Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku
Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita
Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian
Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati
Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian
Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati
Lembah yang berwarna
Membentuk melekuk memeluk kita
Dua jiwa yang melebur jadi satu
Dalam kesucian cinta
Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati
Seorang dosen Hukum Media Massa saya pernah mengatakan, film yang sukses bukanlah film dengan jumlah penonton yang sangat banyak, film yang sukses adalah film yang berhasil menarik perhatian orang-orang yang sebelumnya tidak pernah pergi ke bioskop, lalu mereka datang ke bioskop untuk menonton film itu. Ketika saya menonton film Habibie dan Ainun saya melihat banyak orang yang sepertinya baru pertama kali menonton di bioskop, usia mereka bahkan beragam, dari status dan kalangan sosial yang beragam pula...